NATHANNIE.
Karya: Mutia Novianti
“God knows we’re worth it.”
Ituliah kata-kata yang selalu diumbar-umbarkan oleh nathan nicholas, pacarku.
Hello, aku Annie Maretha. Tubuhku mungil. Banyak yang bilang aku manusia “Teraneh” disekolah karena aku selalu berantakan dalam berpakaian, namun aku bukanlah murid yang berantakan kepribadiannya. Aku anak broken home loh, Ayah dan Bunda cerai ketika aku lahir dan sekarrang aku tinggal dengan tante ku yang sekarang sudah menikah 2 tahun yang lalu. Dan bahagia-nya, aku bebas keluar-masuk rumah tante-ku asalkan dengan alasan yang kuat dan jelas.
Namanya Nathan Nicholas. Rambut ikal hitam nan lebat dipanggil dengan sebutan “nat”. Tubuhnya tinggi dan selalu memakai jacket hitam yang ukurannya besar. Tampangnya menggoda namun mempunyai hati seperti air yang di-diamkan dalam freezer lemari es, beku. Nathan termasuk keluarga yang lumayan berada. Dan kebetulan, nathan adalah seorang bassist dalam band nya.
“Halo, sayang?
“iya, tan?ada apa?”
“kangen sama kamu. Kamu mau apa?mumpung aku lagi di bali nih, baju?kalung?”
“aku juga kangen. Aku mau kamu cepet balik.”
“besok pagi aku di jakarta kok.”
“aku tunggu di airport mau?”
“kamu sama siapa ke airportnya?”
“sendiri. Aku tidur ya, malem”
“malem, cantik.”
Itulah telepon tersingkat dari Nathan. Ya, dia sedang di Bali. Menginap dirumah tantenya untuk liburan panjang ini...dan...........aku ditinggal di Jakarta, sendirian. Jarang sekali kami berkirim pesan, kami lebih suka ketemuan atau main ke taman berdua dibandingkan kirim-terima pesan.
Text From : Nathan Nicholas’s
Hai, Manis. Maaf jika terganggu oleh sms ini. Saya kangen kamu. Bener-bener kangen. Rasanya ingin meluk kamu, rangkul kamu kaya biasanya. Aku ke bali bukan untuk bersenang ria dan bukan untuk ngejauh dari kamu. Jauh dari kamu itu ngebuat aku kesiksa diri aku sendiri. Aku ke bali karena perintah orang tuaku. Semoga tidur mu nyenyak ya, cantik. Malam, Nathan.
“iya, tan?ada apa?”
“kangen sama kamu. Kamu mau apa?mumpung aku lagi di bali nih, baju?kalung?”
“aku juga kangen. Aku mau kamu cepet balik.”
“besok pagi aku di jakarta kok.”
“aku tunggu di airport mau?”
“kamu sama siapa ke airportnya?”
“sendiri. Aku tidur ya, malem”
“malem, cantik.”
Itulah telepon tersingkat dari Nathan. Ya, dia sedang di Bali. Menginap dirumah tantenya untuk liburan panjang ini...dan...........aku ditinggal di Jakarta, sendirian. Jarang sekali kami berkirim pesan, kami lebih suka ketemuan atau main ke taman berdua dibandingkan kirim-terima pesan.
Text From : Nathan Nicholas’s
Hai, Manis. Maaf jika terganggu oleh sms ini. Saya kangen kamu. Bener-bener kangen. Rasanya ingin meluk kamu, rangkul kamu kaya biasanya. Aku ke bali bukan untuk bersenang ria dan bukan untuk ngejauh dari kamu. Jauh dari kamu itu ngebuat aku kesiksa diri aku sendiri. Aku ke bali karena perintah orang tuaku. Semoga tidur mu nyenyak ya, cantik. Malam, Nathan.
Nathan sms semalem?tumben banget. Kata ku dalam hati.
Rangkaian kata-kata baku nya, ekspresi yang dia tunjukkan melalui sms tersebut membuatku rada aneh dan ingin membalasnya, namun ada hasrat tiba-tiba tak ingin membalas.
Apa
iya nathan bener-bener kangen sama gue?
Hari ini nathan pulang ke jakarta. Dia kasih kabar pesawat sampai pukul jam 8 pagi dan lantas, aku-pun sudah tiba di airport pada jam 7 dan tentu pula ditemani oleh teman kecilku, frappucino.
Menunggu nya bukanlah hal yang sangat membosankan, melebihi kepuasan tersendiri bila aku melihat nya langsung.
Selembar kertas yang tidak sengaja tertulis ditemani frappucino dan hendak dibuat pesawat-pesawatan.
“teng---tong—teng—tong....tong—teng—tong—teng... Pesawar Jasmine Air nomor 38-JD dari bali menuju jakarta sudah sampai.”
“Akhirnya...” Frappucino ditemani caramel diatas cream berukuran medium-pun sudah cukup menemaniku menunggu nathan. Akhirnya aku-pun mencarinya namun terlalu banyak orang di airport, jadi aku hanya........berjalan disekitar J.Co. Ketika aku berbalik.............ternyata.......dia, Nathan. Dia menghampiri dan memelukku. Sangat erat. Layaknya tak ingin terpisahkan. Namun sayang, pelukan itu hanya sebentar.
“kamu baik-baik aja kan selama aku tinggal?”
“iya, baik-baik kok. Gimana liburannya?
“biasa aja, soalnya ga disamping kamu sih, hehe. Kalo kamu gimana?”
“aku sempet kebandung sendirian hehe”
“ga ngajak nih? Ohiya mumpung libur masih liburan, jogja yuk?”
“ttttapiii kkan...”
“gausah pikirin. Yuk makan, kamu pasti belum sarapan kan?”
mereka pun naik taksi menuju tempat makan terdekat disana, dan kebetulan hanya ada Mc Donald’s saat itu.
“aku kangeeen banget sama kamu, ne.”
“tumben, biasanya aku yang suka kangen ke kamu tan hahaha”
“iseng banget sih, aku gamau bilang kangen sebenernya, biar kamu ngerasain ‘kangennya aku buat kamu seorang’ hahahaha”
“bisa aja sih tan! Hehehhe”
itulah hal-hal konyol yang menemani sarapan pagi mereka, makanan mereka pun tidak terasa banyak, yang penting masuk ke perut dan bisa jalan-jalan berdua.
Nathan, maaf ya. Sebenernya aku gakuat jalanin ini sama kamu lagi. Kamu terlalu pentingin band daripada aku. Egois? Memang, tapi rasanya celah aku dikit banget sama kamu....kangen 2 tahun yang lau....tan.
tangis batin annie menyelimuti senyumnya yang sangat-sangat manis, hanya untuk nathan seorang.
“ne...kok bengong? Bosen disini ya? Kamu mau pulang?”
“ah! Enggak kok..aku Cuma pusing aja hehe”
“kamu sakit ya? Pulang aja ya? Kita cari taksi”
“aku mau kerumah kamu terus kita ke taman, gapapa kan?”
“iya gapapa”
Hari ini nathan pulang ke jakarta. Dia kasih kabar pesawat sampai pukul jam 8 pagi dan lantas, aku-pun sudah tiba di airport pada jam 7 dan tentu pula ditemani oleh teman kecilku, frappucino.
Menunggu nya bukanlah hal yang sangat membosankan, melebihi kepuasan tersendiri bila aku melihat nya langsung.
Selembar kertas yang tidak sengaja tertulis ditemani frappucino dan hendak dibuat pesawat-pesawatan.
“teng---tong—teng—tong....tong—teng—tong—teng... Pesawar Jasmine Air nomor 38-JD dari bali menuju jakarta sudah sampai.”
“Akhirnya...” Frappucino ditemani caramel diatas cream berukuran medium-pun sudah cukup menemaniku menunggu nathan. Akhirnya aku-pun mencarinya namun terlalu banyak orang di airport, jadi aku hanya........berjalan disekitar J.Co. Ketika aku berbalik.............ternyata.......dia, Nathan. Dia menghampiri dan memelukku. Sangat erat. Layaknya tak ingin terpisahkan. Namun sayang, pelukan itu hanya sebentar.
“kamu baik-baik aja kan selama aku tinggal?”
“iya, baik-baik kok. Gimana liburannya?
“biasa aja, soalnya ga disamping kamu sih, hehe. Kalo kamu gimana?”
“aku sempet kebandung sendirian hehe”
“ga ngajak nih? Ohiya mumpung libur masih liburan, jogja yuk?”
“ttttapiii kkan...”
“gausah pikirin. Yuk makan, kamu pasti belum sarapan kan?”
mereka pun naik taksi menuju tempat makan terdekat disana, dan kebetulan hanya ada Mc Donald’s saat itu.
“aku kangeeen banget sama kamu, ne.”
“tumben, biasanya aku yang suka kangen ke kamu tan hahaha”
“iseng banget sih, aku gamau bilang kangen sebenernya, biar kamu ngerasain ‘kangennya aku buat kamu seorang’ hahahaha”
“bisa aja sih tan! Hehehhe”
itulah hal-hal konyol yang menemani sarapan pagi mereka, makanan mereka pun tidak terasa banyak, yang penting masuk ke perut dan bisa jalan-jalan berdua.
Nathan, maaf ya. Sebenernya aku gakuat jalanin ini sama kamu lagi. Kamu terlalu pentingin band daripada aku. Egois? Memang, tapi rasanya celah aku dikit banget sama kamu....kangen 2 tahun yang lau....tan.
tangis batin annie menyelimuti senyumnya yang sangat-sangat manis, hanya untuk nathan seorang.
“ne...kok bengong? Bosen disini ya? Kamu mau pulang?”
“ah! Enggak kok..aku Cuma pusing aja hehe”
“kamu sakit ya? Pulang aja ya? Kita cari taksi”
“aku mau kerumah kamu terus kita ke taman, gapapa kan?”
“iya gapapa”
Akhirnya mereka-pun cari taksi untuk
pulang kerumah nathan, mengambil motor dan pergi ke taman yang dimaksud oleh
annie. Selama diperjalanan, annie memeluk nathan dengan erat. Nathan-pun
terheran-heran. Ada apa yang terjadi oleh Annie? Tak menyadari...........ternyata
annie meneteskan beberapa airmata-nya dan membekas di jaket kesayangan nathan
yang diberikan olehnya pada ulang tahun nathan setahun yang lalu.
sesampai disana..........taman itu. 2 tahun yang lalu.....taman yang pertama kalinya menjadi saksi bisu bahwa mereka suka sama suka, sayang saling sayang, mereka menyatu alias, pacaran. Apa iya taman itu juga yang menjadi saksi bisu bahwa mereka tidak menyatu lagi?
“annie? Kok mata kamu merah? Kamu sakit?”
“merah? Ah kamu salah tuh, mata aku gak kenapa-kenapa. Aku ga sakit tan.”
“ohiya kok kamu aneh hari ini? Gak kaya biasanya. Hayoo cerita sama aku”
“kalo orang pacaran yang masih suka mikirin ke-egoisannya gimana nat? Mendingan dilanjutin aja apa putus?”
“kalo kata aku sih....putus, karena salah satu dari mereka harus ada yang ngalah. Dan kayanya kalo kaya gitu bakalan susah buat menyatu nya, saling mengisi kekurangan satu sama lainnya. Emang kenapa sayang?”
“terus kalo misalnya mereka udah sering berantem tapi ga putus-putus gimana?”
“itu mah sayang sama umur pacarannya. Kenapa emangnya? Emang orang yang kamu maksud itu siapa?”
“yang aku maksud.......itu kita nat. Aku sama kamu. Kamu sama aku.”
“eee....egois? egois gimana?”
“aku ngerasa, aku gapunya celah buat deket sama kamu, kamu prefer ke band kamu, sama bass kamu. Dan aku juga ngerasa, aku gak ada celah buat bisa deket sama kamu, aku ngerasanya aku lebih mentingin broadcasting. Dan kamu gatau gimana aku kesiksa kangen sama kamu kalo kamu lagi sama band kamu, sama bass kamu.”
“jadi kamu cemburu?”
“gak. Aku marah sama kamu, tan.”
“marah? Mustinya tuh aku yang marah sama kamu, kecil.”
“emang aku ada salah sama kamu?”
“ada! Banyak!!!!!!!!!!!!”
“sebutin satu-satu!!!!!!!!!!!!!” aku-pun mulai menahan air mata yang sudah berbendung
“kamu cuek, asik sama dunia film yang gajelas keberadaannya.kamu pun lebih milih yang gajelas daripada pacar kamu.”
“nathan, kamu juga banyak salah. Kamu asik sama bass kamu. Kamu asik sama festival-festival gakjelas yang diwarnai oleh orang-orang metal. Aku tuh takut, tan. Aku takut kamu ikut kaya mereka. Aku tau mereka pasti nge-drugs. Aku gamau kamu kaya mereka.”
“just appereances, dear. Just kostum festival mereka emang kaya gitu, penampilan mereka kaya gitu, itu-pun juga menjadi nilai plus dalam penilaian pas lagi lomba”
“tuh kamu malah belain mereka!”
“kamu juga nge-bela film itu depan aku. Dulu. Mungkin abis ini juga mau ngebela film-film itu. Dan aku pengen tanya sama kamu. Kenapa baru ngomongin ini sekarang?”
“kamu sibuk.”
“apalagi kamu, ne. Aku gapunya waktu buat cerita sama kamu. Kamu mentingin broadcasting daripada......saya, pacar kamu. Ini tempat pertama kali kita nyatu, ne. Apa iya tempat ini jadi saksi bisu kalo kita pisah? Kamu mau kita pisah?”
tiba-tiba seketika Annie kembali ke masa lalu........ke 2 tahun yang lalu, di tempat yang dia berinjak sekarang. Rasanya beda, dulu. Dulu, begitu senangnya dia bisa menaklukan hati beku seorang Nathan Nicholas. Hari demi hari... bulan demi bulan.... tahun pertama dan tahun kedua... sudah dilalui bersama...suka duka...sehat sakit..sudah dilaluinya. Sekarang, beda. Rasanya tanah yang ia injak seperti duri yang sangat kecil ukurannya nan tajam ditambah perasaan tidak rela melepas nathan untuk orang lain, sakit.
sesampai disana..........taman itu. 2 tahun yang lalu.....taman yang pertama kalinya menjadi saksi bisu bahwa mereka suka sama suka, sayang saling sayang, mereka menyatu alias, pacaran. Apa iya taman itu juga yang menjadi saksi bisu bahwa mereka tidak menyatu lagi?
“annie? Kok mata kamu merah? Kamu sakit?”
“merah? Ah kamu salah tuh, mata aku gak kenapa-kenapa. Aku ga sakit tan.”
“ohiya kok kamu aneh hari ini? Gak kaya biasanya. Hayoo cerita sama aku”
“kalo orang pacaran yang masih suka mikirin ke-egoisannya gimana nat? Mendingan dilanjutin aja apa putus?”
“kalo kata aku sih....putus, karena salah satu dari mereka harus ada yang ngalah. Dan kayanya kalo kaya gitu bakalan susah buat menyatu nya, saling mengisi kekurangan satu sama lainnya. Emang kenapa sayang?”
“terus kalo misalnya mereka udah sering berantem tapi ga putus-putus gimana?”
“itu mah sayang sama umur pacarannya. Kenapa emangnya? Emang orang yang kamu maksud itu siapa?”
“yang aku maksud.......itu kita nat. Aku sama kamu. Kamu sama aku.”
“eee....egois? egois gimana?”
“aku ngerasa, aku gapunya celah buat deket sama kamu, kamu prefer ke band kamu, sama bass kamu. Dan aku juga ngerasa, aku gak ada celah buat bisa deket sama kamu, aku ngerasanya aku lebih mentingin broadcasting. Dan kamu gatau gimana aku kesiksa kangen sama kamu kalo kamu lagi sama band kamu, sama bass kamu.”
“jadi kamu cemburu?”
“gak. Aku marah sama kamu, tan.”
“marah? Mustinya tuh aku yang marah sama kamu, kecil.”
“emang aku ada salah sama kamu?”
“ada! Banyak!!!!!!!!!!!!”
“sebutin satu-satu!!!!!!!!!!!!!” aku-pun mulai menahan air mata yang sudah berbendung
“kamu cuek, asik sama dunia film yang gajelas keberadaannya.kamu pun lebih milih yang gajelas daripada pacar kamu.”
“nathan, kamu juga banyak salah. Kamu asik sama bass kamu. Kamu asik sama festival-festival gakjelas yang diwarnai oleh orang-orang metal. Aku tuh takut, tan. Aku takut kamu ikut kaya mereka. Aku tau mereka pasti nge-drugs. Aku gamau kamu kaya mereka.”
“just appereances, dear. Just kostum festival mereka emang kaya gitu, penampilan mereka kaya gitu, itu-pun juga menjadi nilai plus dalam penilaian pas lagi lomba”
“tuh kamu malah belain mereka!”
“kamu juga nge-bela film itu depan aku. Dulu. Mungkin abis ini juga mau ngebela film-film itu. Dan aku pengen tanya sama kamu. Kenapa baru ngomongin ini sekarang?”
“kamu sibuk.”
“apalagi kamu, ne. Aku gapunya waktu buat cerita sama kamu. Kamu mentingin broadcasting daripada......saya, pacar kamu. Ini tempat pertama kali kita nyatu, ne. Apa iya tempat ini jadi saksi bisu kalo kita pisah? Kamu mau kita pisah?”
tiba-tiba seketika Annie kembali ke masa lalu........ke 2 tahun yang lalu, di tempat yang dia berinjak sekarang. Rasanya beda, dulu. Dulu, begitu senangnya dia bisa menaklukan hati beku seorang Nathan Nicholas. Hari demi hari... bulan demi bulan.... tahun pertama dan tahun kedua... sudah dilalui bersama...suka duka...sehat sakit..sudah dilaluinya. Sekarang, beda. Rasanya tanah yang ia injak seperti duri yang sangat kecil ukurannya nan tajam ditambah perasaan tidak rela melepas nathan untuk orang lain, sakit.
“aku mau pisah sama kamu, nathan. Gapapa kan?”
“aku minta sesuatu boleh?”
“apa?”
“aku ingin meluk sama cium kening kamu, untuk yang terakhir kalinya.”
“aku minta sesuatu boleh?”
“apa?”
“aku ingin meluk sama cium kening kamu, untuk yang terakhir kalinya.”
tanpa panjang lebar, aku mengangguk dan nathan langsung memeluk dan mencium keningku. Hambar. Hampa rasanya. Peluk dan ciuman kening itu seperti bukan milikku seutuhnya, rasanya itu hanya untuk membuatku tegar. Ya, itu yang terakhir. Hambar.
“aku ada satu lagi buat kamu. Ini”
“makasih tan.”
“jangan nangis ah! Kecil katanya kuat, harus senyum dong” nathan pun mencoba tegar depan orang yang ia sangat sayangi
“hahaha iya tan.aku pulang dulu ya”
“iya.”
Nathan kasih kotak kecil yang bentuknya sangat unik, diberi pita berwarna putih, kesukaan Annie.
Melihat Annie menjauh dari nya, pergi
untuk selamanya, tidak ada kata ‘Annie’ lagi dalam hari-hari selanjutnya. Kaku,
hambar. Hampa. Annie adalah hati nya. Seluruh pembuluh darah seketika berhenti
ketika annie bilang seperti itu. Ia pun teringat jaket yang ia pakai, warna
putih. Warna kesukaan Annie. “Sampai kapanpun, aku masih cinta sama kamu ne. Aku
nyesel udah sia-siakan mutiaraku.” Setetes air mata turun dari mata hitamnya.
Annie lalu pergi perlahan-lahan dan
mencoba berlari sekuat tenaga nya. Air mata ini bagaikan hujan deras membawa
bencana untuk annie. Sesampai dirumah, annie membuka kotak tersebut dan berisi
dua sepitan dari bali yang sangat cantik, dan secarik surat juga tiket pesawat.
Dibacanya surat itu.
Hai, Annie. Se-butir mutiara pun kurang berkilau jika ia tak menempel di telinga mu. Se-untai emas tidaklah cantik jika ia tak melengkung di leher mu. Se-indah apapun perak tidaklah indah jika ia tak menyangkut di rambut mu. Aku tau ini barang terakhir dariku, ne. Jangan sedih ya, aku janji pasti kita bisa kaya dulu kok. Bisa ketawa bareng-bareng. Tapi aku mau minta maaf kalo aku jahat ke kamu, suka buat kamu kesiksa. Jujur, aku lebih cinta bass dibanding apapun. Tetapi...kamu gabisa dibanding-bandingkan dengan bass. Sampai kapanpun, aku masih cinta sama kamu ne. By the way, liat deh seat ticket pesawatnya, nomor 12 tuh. Jadi keinget 12 november 2009 deh, 2 tahun yang lalu ituloh. Tiket aku nomor 13, 13 november, hari ini. Hari pisahnya kita.Semoga suka sama sepitannya. Nathan Nicholas, orang yang menyia-nyiakan mutiara yang sangat unik didunia ini dan merelakannya bersama yang lain bila itu membuat sang mutiara nyaman. -N-
Hai, Annie. Se-butir mutiara pun kurang berkilau jika ia tak menempel di telinga mu. Se-untai emas tidaklah cantik jika ia tak melengkung di leher mu. Se-indah apapun perak tidaklah indah jika ia tak menyangkut di rambut mu. Aku tau ini barang terakhir dariku, ne. Jangan sedih ya, aku janji pasti kita bisa kaya dulu kok. Bisa ketawa bareng-bareng. Tapi aku mau minta maaf kalo aku jahat ke kamu, suka buat kamu kesiksa. Jujur, aku lebih cinta bass dibanding apapun. Tetapi...kamu gabisa dibanding-bandingkan dengan bass. Sampai kapanpun, aku masih cinta sama kamu ne. By the way, liat deh seat ticket pesawatnya, nomor 12 tuh. Jadi keinget 12 november 2009 deh, 2 tahun yang lalu ituloh. Tiket aku nomor 13, 13 november, hari ini. Hari pisahnya kita.Semoga suka sama sepitannya. Nathan Nicholas, orang yang menyia-nyiakan mutiara yang sangat unik didunia ini dan merelakannya bersama yang lain bila itu membuat sang mutiara nyaman. -N-
Sejak saat itulah, Annie pindah ke Bandung
ikut tante-nya dinas selama 8 tahun ke depan. Dan Annie pun mendapatkan kabar
bahwa, Nathan tinggal bersama keluarga besarnya di Brisbane, Australia. Dan ia-pun
juga mendapatkan kabar dari teman lamanya, Nathan tak ada kabar sejak 13
Desember 2011. Saat mereka berpisah.
0 komentar:
Posting Komentar